Rumah susila merupakan salah satu bentuk warisan budaya Indonesia yang sangat berharga dan tentu perlu dijaga kelestariannya. Di setiap provinsi di Indonesia yang sekarang berjumlah 34, hampir sanggup selalu ditemukan jenis rumah susila atau tradisional khas masing-masing daerah. Tak terkecuali juga di daerah yang didiami suku sunda, yaitu Provinsi Jawa Barat. Rumah susila Jawa Barat tak ubahnya dengan rumah susila dari daerah lain yang juga mempunyai keunikan tersendiri.
Terdapat beberapa jenis dan nama-nama rumah susila yang punya bentuk khas, unik dan cantik. Dengan bahan-bahan material bangunan tradisional yang punya filosofi mendalam dan sarat akan sejarah tentunya. Kesemuanya itu tidak lain menggambarkan kearifan lokal masyarakat Jawa Barat yang dikenal ramah-ramah (soméah), tutur bahasa yang halus dan juga gadis-gadisnya yang rupawan. 🙂
Di beberapa daerah masih sanggup ditemukan bangunan-bangunan rumah susila sunda yang oleh masyarakatnya dijadikan tempat utama untuk bermukim. Seperti yang salah satunya terdapat di daerah etnik, Kampung Naga Tasikmalaya. Pun di beberapa objek wisata juga masih sanggup kita temui, misalnya mirip di Sampireun, Garut.
Nah untuk membuka pengetahuan teman semua, di artikel kali ini Inspirilo akan menyajikan daftar lengkap nama-nama rumah susila Jawa Barat dan keterangannya. Berikut sajiannya, selamat menikmati 🙂
Rumah Adat Jawa Barat dan Penjelasannya
Rumah dalam bahasa sunda disebut “Imah”. Fungsi rumah bagi masyarakat susila sunda bukan cuma sebatas tempat tinggal, melainkan juga tempat guna melaksanakan acara yang bernilai tradisi.
Secara umum nama rumah susila Jawa Barat yakni Rumah Panggung / Imah Panggung. Bangunannya tidak eksklusif bersentuhan dengan tanah, melainkan dibuat mirip panggung dengan penyangga kerikil balok setinggi kurang lebih 50 cm di setiap sisi dan sudut pondasi rumah. Sehingga mempunyai kolong dibagian bawahnya. Ubinnya pun tersusun dari bilah-bilah papan.
Rumah susila yang berbentuk panggung juga punya filosofi tersendiri. Mengingatkan bahwa kita sebagai insan bukanlah tinggal di langit, tapi juga dilarang terpuruk berada di dasar (bawah), melainkan harus di pertengahan dan saling seimbang dalam setiap segi kehidupan bersosial.
Adapun filosopi lebih rinci sanggup dibagi menurut bagian-bagian dari rumah / imah, yaitu:
- 1. Ambu luhur (bagian atas / atap) : Mengkiaskan hubungan vertikal dengan Tuhan
- 2. Ambu Tengah (bagian tengah rumah) : Bermakna kahirupan (kehidupan), mirip makan, minum, bersosial, dsb.
- 3. Ambu handap (bagian bawah / kaki batu) : Memiliki makna keterpurukan atau binasa, sekaligus mengingatkan kita akan kematian.
Bahan utama dinding rumah terbuat dari bilik anyaman bambu. Pun dengan tiang penyangga dan rangkanya juga ada yang dari bambu dan kayu. Melambangkan kesederhanaan dan perilaku ramah masyarakat Sunda.
Dan berikut yakni beberapa nama rumah susila sunda menurut bentuknya:
1. Imah Julang Ngapak
Julang ngapak berarti burung yang sedang mengepakkan sayapnya. Hal ini terlihat dari suhunan atau atapnya yang membentuk prisma memanjang. Kemudian pada kedua ujung sisi atap seakan diberikan komplemen panjang dengan sedikit dilekukkan. Struktur suhunan atap mirip itu kalau dilihat dari bab muka rumah akan nampak mirip halnya burung yang sedang membuka dan mengepakkan dua sayapnya.
Terlebih lagi di bab ujung sudut prisma atap dibuat sejenis tiang yang saling menyilang, yang seakan mirip jadi bab kepala dari burung tersebut. Bagian tersebut dinamakan cagak gunting atau capit hurang. Karena bentuknya yang mirip gunting yang terbuka atau jepitan udang yang tajam.
Cagak gunting dibuat mirip itu tentu bukan tanpa alasan. Selain memang secara filosopi punya makna perlambang persatuan, secara teknik arsitektur bab tersebut juga punya fungsi biar air hujan tidak merembes ke dalam.
Untuk materi pembuatan tutup atapnya sendiri yakni berasal dari daun tepus, sejenis alang-alang dan ijuk yang dibuat memanjang dan diikat pakai tali yang terbuat dari serat bambu apus. Untuk kemudian ditempatkan berjejer pada rangka atap sampai tertutup sempurna.
Rumah susila di daerah etnik Kampung Naga Tasikmalaya barangkali sanggup jadi representasi tepat dari eksitensi keindahan Imah Julang Ngapak ini.
Adapun beberapa rumah atau gedung modern di Jawa Barat banyak yang dibangun dengan konstruksi Imah Julang Ngapak. Namun atap genteng pengganti ijuk. Salah satu misalnya yakni bangunan Aula ITB (Institut Teknologi Bandung)
2. Imah Badak Heuay
Cukup unik memang penamaan rumah susila satu ini. Jika diterjemahkan secara eksklusif dalam bahasa Indonesia, Badak Heuay artinya rino yang sedang menguap (ngantuk), sehingga mulutnya menganga lebar. Pun dengan struktur dari bangunan Imah Badak heuay ini.
Bidang atap / pad bab belakang dibuat memanjang lurus dan melewati titik atas suhunan. Namun bab atap depannya dibuat lebih pendek namun sekaligus juga berfungsi meneduhi teras yang dibuat agak luas dan terbuka. Sehingga inilah yang jadi dasar penamaan masyarakat Sunda dengan mengimajinasikannya laksana rino yang sedang menguap.
Pemukiman dengan desain rumah susila Badak Heuay masih sanggup ditemukan mirip di daerah desa Sukabumi atau Cianjur.
3. Imah Tagog Anjing
Dinamakan Tagog Anjing alasannya yakni rumah susila jenis ini mempunyai bentuk mirip anjing yang sedang duduk dengan kaki terlipat. Tagog sendiri artinya membisu dengan posisi duduk jongkok.
Suhunannya terdiri dari dua bidang atap di dua sisi yang membentuk prisma memanjang. Adapun untuk atap di satu sisi bab depan dibuat komplemen melebar dengan sedikit dilekukkan. Tujuannya yakni untuk meneduhi bab depan rumah yang difungsikan sebagai teras rumah.
Desain rumah susila Jawa Barat yang satu ini sanggup dengan gampang ditemui di daerah Kampung Dukuh, Garut. Dan juga tempat-tempat wisata, mirip di Cipanas atau Sampireun Garut.
4. Imah Jolopong
Imah Jolopong ini barangkali merupakan rumah susila Jawa Barat yang paling familiar dan banyak dibangun sebagai tempat mukim bagi warga desa di banyak sekali kota Jawa Barat.
Secara bahasa, Jolopong berarti berbaring atau terkulai (tergolek) melintang. Sejalan dengan bentuk rumahnya yang memang memanjang dengan bentuk atap yang sederhana dan simetris.
Desain atap rumah susila Imah Jolopong yakni membentuk prisma dengan sama sisi. Artinya kedua bidang atap punya panjang dan lebar yang sama dan saling bertemu di titik atas suhunan. Sehingga dinamakan juga dengan istilah ‘suhunan panjang’. Jika dilihat dari bab sisi dan ditarik gari imajiner atap menuju tanah, maka akan terlihat mirip segitiga sama kaki yang simetris.
Dua bidang atap suhunan rumah jolopong ini menjadi pelindung/penutup tubuh rumah yang terbuat dari materi bilik dan tiang kayu.
Barangkali alasannya yakni memang strukturnya yang sederhana ini menjadikan Imah Jolopong sebagai bangunan rumah susila yang banyak dibuat. Seperti banyak ditemui di daerah perkampungan di wilayah Garut dan kota lainnya di Jawa Barat.
5. Imah Parahu Kumureb
Berikutnya yakni Imah Parahu Kumureb, artinya bahtera dengan posisi terbalik atau tengkurap. Penamaan tersebut juga tidak lepas dari bentuk dan struktur atapnya.
Atap suhunan rumah susila Jawa Barat yang satu ini mempunyai 4 sisi. Dua bab sisi kiri dan kanan berbentuk trapesium sama kaki. Kemudian dua disi lainnya, yakni sisi depan belakang yang berbentuk segitiga. Keempat sisi atap tersebut bergabung dengan rangka yang sama sehingga kalau dilihat dari atas, akan tampak mirip halnya bahtera yang dibalik.
Satu sisi bab atap segitiga biasanya dijadikan sebagai bab depan dari rumah. Dengan struktur tubuh rumah pada bab depan dibuat agak menjorok ke dalam guna dijadikan teras. Lalu biasanya ditempatkan tempat duduk terbuat dari bambu yang dinamakan “Golodog” dengan kaki setinggi panggung rumah.
Bentuk rumah susila Imah Parahu Kumureb ini masih banyak ditemukan di daerah Garut Selatan, Tasik dan juga Ciamis.
6. Rumah Adat Jawa Barat Kasepuhan
Untuk yang satu ini merupakan pembahasan khusus. Karena merujuk eksklusif pada satu objek dan tempat di mana rumah susila ini berada. Rumah Adat Kasepuhan namanya, atau disebut juga dengan Keraton Kasepuhan di Cirebon, Jawa Barat. Lebih tepatnya di jalan Kasepuhan No. 43, Lemahwungkuk, Cirebon.
Ya bangunan susila ini memang bukan untuk tempat tinggal orang biasa. Tapi dipakai oleh Sultan Cirebon selain untuk tempat mukim, juga merupakan sentra pemerintahan. Namun eksistensinya sekarang lebih menjadi sebagai objek wisata, alasannya yakni memang kaya akan nilai sejarah.
Bangunan Rumah Kasepuhan ini punya nilai sejarah yang tinggi. Keraton Kasepuhan didirikan oleh Pangeran Cakrabuana sekitar tahun 1529 sekaligus merupakan keraton tertua di Pulau Jawa. Pangeran Cakrabuana sendiri merupakan putra dari Prabu Siliwangi dari Kerajaan Padjadjaran.
Keraton Kasepuhan awalnya berjulukan Keraton Pakungwati, asalnya dari Ratu Dewi Pakungwati binti Pangeran Cakrabuana.
Dan dari segi tampilan bangunan, Rumah Adat Kasepuhan merupakan hasil kombinasi antar budaya dan agama. Dari mulai budaya agama Islam, Kristen, Hindu-Budha dan juga China. Terlihat dari tampilan bangunan luarnya yang memang menawarkan kemajemukan. Namun walau begitu, Keraton ini merupakan Kasultanan Islam. Dengan Sunan Gunung Jati sebagai pemimpinnya, yang tidak lain yakni Prabu Siliwangi itu sendiri.
Dengan areal yang cukup luas, Keraton ini punya banyak bangunan dan halaman yang punya fungsi-fungsi tertentu. Dalam komplek Keraton ada bangunan utama dan juga Museum Pusaka.
Walau usianya sudah terbilang tua, namun Keraton Kasepuhan masih terawat. Dan bagi yang mau berkunjung ke sana untuk wisata sejarah, biasanya akan dikenakan biaya tiket masuk sebesar Rp. 15.000 per orang.
Penutup
Selesai sudah pembahasan mengenai rumah susila Jawa Barat dan keterangannya lengkap dengan asal-usul penamaan, fungsi dan ciri khas bangunannya. Semoga klarifikasi di atas bukan cuma sebagai pengetahuan semata, melainkan juga menjadikan kesadaran pada diri untuk lebih menghargai dan menyayangi warisan budaya peninggalan nenek moyang kita ini.
Sekian dan terima kasih.